1.1 PENGERTIAN LOGIKA
Istilah logika dari segi etimologi berasal dari kata Yunani Logos. Logos digunakan dalam berbagai arti seperti ucapan, bahasa, kata, pengertian, pikiran, akal budi, ilmu.
Dalam percakapan sehari-hari kata logis dipergunakan untuk menyatakan perilaku logis yang dilawankan dengan perilaku tidak logis, tentang jalan pikiran yang logis, dll. Kata logis yang dipergunakan tersebut diartikan dengan masuk akal. Dengan berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, apa sebetulnya Logika itu belum dapat diketahui.
Secara singkat dapat dikatakan Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat).
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan tentang pokok-pokok/hal-hal tertentu. Kumpulan ini merupakan suatu kesatuan yang sistematis serta memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Logika merupakan ilmu pengetahuan dalam arti ini. Lapangan pengetahuan ini adalah azaz yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat. Untuk dapat berpikir lurus, tepat, logika menyelidiki, merumuskan dan menerapkan hukum – hukum yang harus dipatuhi.
Logika juga merupakan ketrampilan karena kaidah berpikir dalam logika juga dapat diterapkan/dipraktekkan.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui objek material dan objek formal dalam logika. Obyek material adalah bidang kajian atau bidang penyelidikan. Obyek formal adalah sudut pandang dari mana obyek tersebut disoroti.
Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa obyek material pada dasarnya masih menyangkut hal/bidang yang umum. Oleh karen aitu mungkin saja terjadi berbagai ilmu pengetahuan memiliki obyek material yang sama. Obyek formallah yang membedakan satu bidang dengan bidang yang lain karena seperti dinyatakan sebelumnya bahwa obyek formal adalah sudut pandang yang digunakan untuk menyoroti suatu bidang kajian. Disinilah letak kekhasan sebuah disiplin ilmu. Jadi dapat disimpulkan bahwa obyek material logika adalah berpikir (khususnya pelaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.
1.2 MACAM-MACAM LOGIKA
Logika dibedakan atas dua macam tetapi antara satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan:
1.2.1 Logika kodratiah/Logika alamiah
Akal budi dapat bekerja menurut hukum-hukum logika dengan cára yang spontan. Tetapi dalam hal-hal yang sulit baik akal budinya maupun seluruh din manusia dapat dan nyatanya dipengaruhi oleh keinginan -keinginan dan kecenderungan -kecenderungan yang sub -yektif. Selain itu baik manusia sendiri maupun perkembangan penge¬tahuannya sangat terbatas.
Hal-hal ini menyebabkan bahwa kesesatan tidak dapat dihindar¬kan. Namun dalam din manusia sendiri juga terasa adanya kebutuh¬an untuk menghindarkan kesesatan itu. Untuk menghindarkan kese¬satan itu diperlukan suatu ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Karena itu muncullah
1.2.2 Logika ilmiah
Logika ini membantu logika kodratiah. Logika ilmiah memper.halus, mempertajam pikiran serta akal budi. Berkat pertolongan logi¬ka ini dapatlah akal budi bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, le¬bih mudah dan lebih aman. Dengan demikian kesesatan juga dapat dihindarkan atau, paling tidak, dikurangi.
1.3 LOGIKA SEBAGAI CABANG PILSAFAT
1.3.1 Pengertian Filsafat
Masalah-masalah kefilsafatan tidak tetap dan masalah-masalah tersebut akan ditemukan jawabannya tetapi dari jawaban tersebut akan selalu muncul pertanyaan baru bahkan hal tersebut kita tidak akan tingalkan hingga mendapatkan pemecahan dan pasti akan selalu muncul pertanyaan baru lagi dari jawaban tersebut. Itulah yang terjadi di dalam filsafat.
Apa itu filsafat? Memulai dengan pertanyaan tersebut sesungguhnya sudah menunjukkan bahwa kita sedang berfilsafat. Pada dasarnya setiap manusia adalah seorang filsuf by nature. Bahkan mulai kanak-kanak sesungguhnya sudah banyak muncul pertanyaan-pertanyaan filsafat dalam dirinya. Bagi anak kecil sebagaimana seorang filsuf sesungguhnya segala sesuatu yang ada dalam hidup ini adalah sebuah pertanyaan, sebuah teka-teki, sebuah persoalan, sesuatu yang perlu dipahami. Berdasarkan hal tersebut jelaslah bahwa sesungguhnya hakikat dari filsafat adalah bertanya terus menerus. Filsafat adalah sikap bertanya itu sendiri.
Secara etimologis filsafat diambil dari perkataan Yunani: Philos (Suka,cinta) dan Sophia (kebijaksanaan). Jadi kata itu berarti Cinta kepada kebijaksanaan. Filsafat dapat diartikan sebagai suatu dorongan terus menerus, suatu dambaan untuk mengejar kebijaksanaan, Jelas jugalah bahwa filsafat adalah sebuah upaya, sebuah proses, sebuah pencarian, sebuah perburuan, sebuah quest. Cinta dalam Philosophia tidak dipahami sebagai kata benda yang statis, yang given melainkan sebagai sebuah kata kerja, sebuah proses.
1.4 FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu. Kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu sementara filsafat dimulai dari rasa ingin tahu dan ragu-ragu sekaligus.Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita ketahui dan apa yang kita belum tahu.Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam alam semesta yang tidak terbatas ini. Seorang yang berfilsafat Filsafat dapat diibaratkan sebagai perintis jalan sebelum ilmu pengetahuan. Menurut pemikiran Will Durant diibaratkan filsafat adalah pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan infanteri. Pasukan infanteri itulah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan setelah itu ilmulah yang membelah gunung, merambah hutan serta menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan. Setelah penyerahan dilakukan filsafatpun pergi. Dia kembali menjadi pembuka jalan di tempat lain dan begitu seterusnya.
Sepintas lalu beberapa orang melihat bahwa filsafat tidak mengalami kemajuan apapun Hal ini mungkin saja karena seperti diketahui bahwa filsafat memang tidak bertugas untuk memberikan petunjuk untuk mencapai taraf hidup yang lebih tinggi, filsafat juga tidak melukiskan teknik baru untuk membuat sesuatu misalnya teknologi, dll. Tetapi sebagai pembuka jalan memang tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan tersebut, menemukan hakekatnya serta mengatur dan menerbitkan semua itu dalam bentuk yang sistematis. Filsafat membawa kepada pemahaman dan pemahaman membawa kepada suatu tindakan yang layak.
Semua ilmu baik alam maupun sosial bertolak dari pengembangannya yang bermula dari filsafat. Dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu akan terjadi peralihan, pada taraf peralihan ini bidang penjelajahan filsafat menjadi sempit, tidak lagi menyeluruh melainkan sektoral.Seperti contoh misalnya pada taraf ini manusia tidak lagi membahas masalah moral secara keseluruhan melainkan dikaitakn dengan kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kemudian berkembang menjadi ilmu ekonomi, dll
Setelah ilmu muncul bukan berarti filsafat tidak ada lagi atau tidak diperlukan lagi tetapi secara konseptual ilmu masih mendasarkan kepada norma-norma filsafat.
1. 5 CABANG-CABANG FILSAFAT
Berikut ini adalah cabang-cabang tradisional dari filsafat. Menurut sejarah persoalan-persoalan filsafat telah dibahas dalam hal-hal berikut ini:
1. Logika
2. Metafisika
3. Epistemologi
4. Etika
1.5.1 Logika
Kita semua memakai argumentasi dalam kehidupan sehari-hari untuk mendukung pendapat kita atau menolak pendapat orang lain yang tidak cocok bagi kita. Filsafat berusaha memahami pemikiran yang benar dan mengungkapkan cara berpikir yang tepat. Tugas untuk menciptakan ukuran penetapan argumen yang benar dan membedakannya dari yang tidak benar adalah tugas cabang filsafat yaitu logika.
1.5.2 Metafisika
Bagi Aristoteles, istilah metafisik berarti filsafat pertama, yakni pembicaraan tentang prinsip-prinsip yang paling universal, kemudian istilah itu berkembang menjadi sesuatu yang di luar kebiasaan (beyond nature). Metafisika membicarakan hal yang paling mendasar dari benda atau realitas yang berada di belakang pengalaman langsung (immediate experience).
1.5.3 Epistemologi
Cabang filsafat yang mengkaji sumber dan kebenaran pengetahuan. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani Episteme (pengetahuan). Ada 3 persoalan pokok dalam bidang ini yaitu
• Apakah sumber-sumber pengetahuan? Darimana pengetahuan yang benar itu datang dan bagaimana kita dapat mengetahui.
• Adakah dunia riil di luar akal dan jika ada apakah dapat kita ketahui?
• Apakah pengetahuan kita itu valid?Bagaimana kita membedakan antara kebenaran dan kekeliruan?
1.5.4 Etika
Dalam arti luas etika adalah pengkajian tentang moralitas. Apakah yang benar dan apakah yang salah dalam hubungan antar manusia. Dalam etika ada 3 bidang besar yaitu:
• Etika deskriptif: Berusaha menjelaskan pengalaman moral dengan cara deskriptif. Misalnya usaha untuk mengetahui motivasi, kemauan dan tujuan suatu tindakan dalam kelakuan manusia. Berusaha menyelidiki kelakuan perorangan, kelompok, dll. Etika deskriptif merupakan usaha untuk membedakan apa yang ada dan yang harus ada.
• Etika normatif: Membahas hal yang seharusnya ada.
• Metaetika: Perhatian dipusatkan kepada analisa, arti istilah dan bahasa yang digunakan dalam pembicaraan etika, serta cara berpikir yang digunakan untuk membenarkan pernyataan-pernyataan etika.
1.6 SEJARAH PERKEMBANGAN LOGIKA
1.6.1Yunani Kuno
Kaum Sofis beserta Plato (427-347 SM.) telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini. Sokrates (469-399 SM.) dengan ‘metode bidan’ (metode mayeutis)nya juga telah banyak memberikan dasar bagi logika. Namun, penemuan yang sebenarnya baru terjadi oleh Aristoteles (384-322 SM.), Theophrastus (372-287 SM.) dan kaum Stoa. Aristoteles meninggalkan enam buah buku yang oleh murid-muridnya diberi nama to Organon. Ke¬enam buku itu adalah Categoriae (tentang pengertian-pengertian), De Interpretatione (tentang keputusan -keputusan), Analytica Priora (tentang sillogisme), Analytica Posteriora (tentang pembuktian), Topica (tentang metode berdebat) dan De Sophisticis Elenchis (tentang kesalahan-kesalahan berpikir).
Theophrastus memperkembangkan logika Aristoteles ini. Se¬dangkan kaum Stoa, terutama Chrysippus (± 280-207 SM.) mengajukan bentuk -bentuk berpikir yang sistematis. Logika lalu mengalami sistematisasi. Hal ini. terjadi dengan mengikuti metode ilmu ukur. Ini terutama dikembangkan oleh Gale¬nus (± 130-201) dan Sextus Empiricus (± 200). Kemudian logika mengalami masa dekadensi. Logika menjadi sangat dangkal dan sederhana sekali. Namun, masih ada juga karya yang pantas disebut pada masa itu. Karya-karya itu ialah Eisagoge dan Porphyrius (± 232-305), Fons Scientiae dan Johanes Damasce¬nus (± 674-749) dan komentar-komentar dan Boethius (± 480-524).
1.6.2 Abad Pertengahan (abad IX-XVI)
De Interpretati¬one dan Categoriae (Aristoteles), Eisagoge (Porphyrius) dan buku¬buku dan Boethius (abad XII-XIII) masih digunakan tetapi ada usaha untuk mengadakan sistematisasi dan komentar-ko¬mentar. Usaha ini dikerjakan oleh Thomas Aquinas (1224-1274) dan kawan.kawannya. Mereka juga mengembangkan logika yang sudah ada.
Logika moderen muncul dalam abad XIII-XV. Tokoh-tokoh penting dalam bidang ini ialah Petrus Hispanus (1210-1278), Roger Bacon (1214-1292), Raymundus Lullus (1232-1315), Wilhelmus Ockham (1295-1349) dan lain-lain. Khususnya Raymundus Lullus menemukan suatu metode logika yang baru. Metode itu disebut Ars Magna, yang merupakan semacam aijabar pengertian. Aljabar ini bermaksud membuktikan kebenaran -kebenaran yang tertinggi.
Kemudian logika Aristoteles mengalami perkembangan yang ‘murni’. Logika itu dilanjutkan oleh heherapa tokoh, seperti Thomas Hobbes (1588-1679) dalam Lcviatannya dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay concerning human Understanding-nya. Namun te¬kanan yang mereka berikan sebenarnya juga berbeda-beda. Di sini ajaran-ajaran Aristoteles sudah diberi warna nominalistis yang sangat kuat (bdk. Wilhelmus Ockham dan kawan-kawannya).
1.6.3 Eropa moderen (abad XVII-XVIII/XX)
Masa ini juga dapat disebut masa penemuan-penemuan yang ba¬ru. Francis Bacon (1561-1626) mengembangkan metode induktif. ini terutama dinyatakannya dalam bukunya Novum Organum Scientia¬rum. W. Leibnitz (1646-1716) menyusun logika aljabar (bdk. Ars Magna dan Raymundus Lullus). Logika ini bertujuan menyederha¬nakan pekerjaan akal budi dan lebih memberikan kepastian.
Logika Aristoteles masih diperkembangkan dalam jalur yang murnm. Ini dijalankan, misalnya, oleh para Neo-Thomis. Tradisi Aris¬toteles dilanjutkan juga dengan tekanan pada induksi. Hal ini nam¬pak antara lain dalam buku ‘System of Logic’nya J.S. Mill (1806-1873).
Logika metafisis mengalami perkembangannya dengan Imm. Kant (1724-1804). Dia menamainya logika transendental. Dinama¬kan logika karena membicarakan bentuk-bentuk pikiran pada umumnya. Dan dinamakan transendental karena mengatasi batas pengalaman.
Kemudian logika menjadi sekadar suatu peristiwa psikologis dan metodologis. Hal ini, misalnya, diperkembangkan oleh W. Wundt (1832-1920), J. Dewey (1859-1952) danJ. M. Baldwin (1861 -1934). Dan akhirnya logistik pada abad XIX dan XX. Ini terutama di-perkembangkan oleh A. de Morgan (1806-1871), G. Boole (1815-1864), W. S. Jevons (1835-1882), E. Schröder (1841-1902), B. Russel (1872-1970), G. Peano (1858-1932) dan masih banyak nama yang lain lagi.
1.6.4 India
Logika lahir karena Sri Gautama (± 563-483 SM.) sering berdebat dengan golongan Hindu fanatik yang menentang ajaran ke¬susilaannya. Dalam Nyaya Sutra logika diuraikan secara sistematis. ini mendapat komentar dan Prasastapada (abad V ses. Kr.). Komen¬tar ini kemudian disempurnakan oleh para penganut Buddha lainnya (terutama Dignaga (abad VI SM.).
Kemudian logika terus diakui sebagai metode berdebat. Muncu pelbagai komentar seperti yang dibuat oleh Uddyotakara (abad VII ses. Kr.), Udayana (abad X ses. Kr.) dan lain-lain. Mereka ini hanya menyusun serta meningkatkan sistematisasi ajaran-ajaran klasik saja.
Muncullah yang disebut Navya Nyaya (abad XIII ses. Kr.). Hal ini merupakan pengintegrasian secara kritis ajaran-ajaran golongan Brahmanisme, Buddhisme danjainisme.
1.6.5 Indonesia
logika belum begitu dipahami maknanya. Baru sedikit orang saja yang menaruh perhatian secara ilmiah pada logika.
1.7 PERLUNYA BELAJAR LOGIKA
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegunaan belajar logika adalah untuk membantu orang bepikir lurus, teratur dan tepat. Dengan demikian maka orang tersebut dapat terhindar dari kesesasatan Semua ilomu pengetahuan hampir tidak dapat dipisahkan dari logika.
Sumber
Hayon, Y.P, Logika, Prinsip – prinsip Bernalar Tepat, Lurus, dan Teratur,
ISTN,Jakarta, 2001
Lanur, Alex, Logika Selayang Pandang, Kanisius, Yogyakarta, 1983
Woodhouse, Mark B, Berfilsafat Sebuah Langkah Awal, Kanisius,
Yogyakarta,2000
Bang, kalo mau beli buku logika y.p hayon dimana ya?
BalasHapus