GENERALISASI
Seperti telah dijelaskan sebelumnya berfikir secara induktif adalah bernalar dari premis yang bersifat khusus menuju ke umum. Sebetulnya pembahasan mengenai induktif ini akan secara lebih jauh lagi dibahas pada mata kuliah metode penelitian, jadi pada bab ini induktif dengan berbagai bentuk hanya akan disinggung saja. Tujuan instruksional dari bab ini juga tidak terlalu. Mahasiswa dianggap paham jika ia mampu menjelaskan kembali pengertian-pengertian tersebut beserta contoh-contohnya.
Generalisasi adalah:
• Proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
• Hukum yang disimpulkan dari fenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Contoh:
A bintang sinetron … cantik
B bintang sinetron … cantik
C … dst … cantik
Semua bintang sinetron cantik … hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki.
Kalau deduktif hasilnya pasti
Semua bintang sinetron cantik
B adalah bintang sinetron
… maka B cantik … pasti benar
Oleh karena itu penalaran induktif dengan bentuk generalisasi ini tidak akan pernah sampai kepada kebenaran pasti tetapi lebih kepada probabilitas.
Ada 2 macam generalisasi. Pembagian ini didasarkan pada fenomena yang menjadi dasar penyimpulan :
1. Generalisasi sempurna: adalah generalisasi di mana seluruh fenomena yang dijadikan dasar penyimpulan telah semua diselidiki. Misalnya: kia ingin tahu peran PR di Indonesia maka kita menyelidiki seluruh PR yang ada di Indonesia dengan berbagai macam klasifikasinya.
2. Generalisasi tidak sempurna: adalah sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Misalnya: pada kasus yang sama seperti di atas kita hanya sebagian PR saja tetapi kita katakana itu mewakili PR yang ada di Indonesia. Dalam bahasa penelitian ini disebut dengan sampling.
Meskipun macam yang kedua ini tampaknya tidak mencakup keseluruhan tetapi yang kedua ini memang lebih praktis dibandingkan yang pertama.
Jika kita berbicara mengenai generalisasi pastilah yang dibahas adalah generalisasi yang tidak sempurna, dan ini banyak digunakan dalam ilmu pengetahuan. Selain itu biasanya di dalam pikiran manusia hal ini juga berlaku. Biasanya pengalaman manusia yang sesekali terhadap sesuatu dijadikan untuk menggeneralisasi setiap keadaan atau diterapkannya pada setiap keadaan. Misalnya seseorang pernah dua kali jatuh cinta dan pasti patah hati dalam hidupnya dan itu menyekitkan, bisa jadi di kemudian hari ia jera jatuh cinta karena menurutnya ia pasti akan patah hati lagi pasti menyakitkan. Meskipun demikian, generalisasi tidak sempurna dapat dikatakan benar apabila melalui prosedur yang benar.
Tetapi generalisasi… ya yang tidak sempurna itu…!!..
Tetapi jika dilakukan dengan prosedur yang benar maka hasilnya akan benar juga
Berikut ini kita akan bahas lebih lanjut mengenai pengujian terhadap generalisasi (dalam hal ini adalah generalisasi tidak sempurna).
Pengujian atas Generalisasi
1. Apakah sampelnya mewakili: memang tidak ada jumlah yang pasti berapa jumlah sampel yang mewakili. Tetapi jika ada jumlah 10.000 orang lalu secara kuantitatif diambil sampel hanya 10 orang saja, jelas hal tersebut tidak mewakili. Secara lebih lanjut lagi mengenai sampel ini akan dibahas pada mata kuliah metodologi penelitian.
2. Apakah sampelnya bervariasi: variasi dari sebaran populasi menetukan valid atau tidaknya generalisasi. Sebagai contoh populasi civitas akademika Universitas Mercu Buana maka variannya berdasarkan lokasi ada Meruya, Menteng, Depok. Berdasarkan kelompok fungsinya ada mahasiswa, dosen, karyawan, ada laki-laki dan perempuan, usia, angkatan, dll.
3. Apakah dipertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum atau tidak. Ini tampak dengan penggunaan istilah sebagian banyak, mayoritas, kebanyakan, hampir semua, dll.
4. Apakah kesimpulan yang dirumuskan donsisten dengan fenomena individual atau tidak boleh memberikan tafsiran yang menyimpang dari data yang ada.
Misalnya: penelitian pelaksanaan fungsi dan peran PR di Indonesia… temuan
a. Manajemen tidak paham tentang PR
b. Skill yag rendah dari PR itu sendiri
c. Organisasi tidak memiliki dana untuk membuat divisi baru, dst… kalau yang disebutkan penyebabnya hanya 1 jadi salah…
Semakin tinggi terpenuhinya syarat-syarat di atas maka keabsahan dari sebuah generalisasi akan semakin tepat.
Generalisasi yang Salah
Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang manusia melakukan kesalahan dalam melakukan generalisasi. Seperti contoh kesalahan-kesalahan tersebut terjadi sperti di bawah ini.
- Cek kesesatan seperti Ignoratio Elenchi, Komposisi dan Divisi.
1. Contoh… anak bungsu pasti manja
2. Orang kaya bisa sukses karena kikir
3. Hari mendung pasti hujan
Hal-hal yang perlu diketahui dalam generalisasi adalah sebagai berikut:
Generalisasi empiric dan dengan penjelasan:
Seperti telah diketahui di atas bahwa generalisasi pasti berarti generalisasi tidak sempurna. Meskipun tidak pernah mencapai tingkat kepercayaan mutlak tetapi kesimpulan yang dihasilkannya terpercaya apabila memenuhi syarat ujinya. Apabila generalisasi ini disertai penjelasan “mengapa” maka kebenaran yang dihasilkannya akan lebih kuat lagi.
Generalisasi yang tidak diikuti dengan penjelasan “mengapa” dan generalisasi tersebut hanya berdasar fenomenanya saja disebut dengan generalisasi empiric. Seperti contoh misalnya kita melihat langit mendung lalu kita menggeneralisir bahwa sebentar lagi pasti akan hujan. Jika kesimpulan kita tersebut tidak disertai dengan penjelasan mengapa demikian, itulah yang disebut generalisasi empiric. Kita menyimpulkan demikian karena biasanya gejalanya demikian.
Apabila dalam kasus itu kita mampu menjelaskan alasannya mengapa, secara rasional mak generalisasi yang kita nyatakan disebut dengan generalisasi dengan penjelasan.
Kebanyakan generalisasi yang dilakukan manusia adalah generalisasi empiric bahwa seseorang tidak mau tahu mengapa itu terjadi atau bahkan mencari alasannya.
Mengapa matahari di malam hari tidak tampak ???
Ya karena emang begitu…!!!
Di bawah ini dapat kita simpulkan beberapa hal mengenai generalisasi yaitu:
- Generalisasi selalu tidak sempurna. Tidak pernah sampai pada kepercayaan mutlak… tetapi kesimpulannya akan benar apabila telah memenuhi 4 syarat.
- Generalisasi yang semata-mata didasarkan pada fenomena disebut generalisasi empiric.
- Jika generalisasi disertai penjelasan maka akan setingkat dengan generalisasi sempurna.
- Penjelasan ini biasanya didasari dengan hubungan sebab akibat. Jika generalisasi empiric disertai penjelasan (biasanya karena hubungan kausalnya) maka akan melahirkan penjelasan ilmiah.
Generalisasi Ilmiah
Generalisasi ilmiah pada dasarnya sama dengan generalisasi yang lain, yang membedakan adalah metode, kualitas data, ketepatan perumusannya.
Cirri-ciri generalisasi ilmiah:
1. Data dikumpulkan berdasarkan pengamatan yang cermat
2. Penggunaan instrument untuk mengukur yang tepat
3. Ada pengujian, perbandingan serta klasifikasi fakta
4. Pernyataan generalisasi sederhana, singkat, padat dan jelas
5. Hasil observasi dirumuskan dengan memeprtimbangkan kondisi tertentu
6. Dipublikasikan supaya menuai kritik, masukkan dan saran perbaikan pengamatan selanjutnya.
Analogi
Pada generalisasi, kita berangkat dari sejumlah peristiwa sedangkan pada analogi kita bertolak dari satu atau sejumlah peristiwa menuju satu peristiwa atau sejumlah peristiwa menuju satu peristiwa lain yang sejenis. Pada prinsipnya dalam analogi, berawal dari peristiwa pertama lalu disimpulkan peristiwa lain yang sejenis karena kita menganggap hal tersebut memiliki persamaan prinsip.
Dalam analogi mengandung:
1. Peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi
2. Persamaan prinsip yang menjadi pengikat
3. Fenomena yang hendak dianalogikan
Contoh: Kita membeli buku (peristiwa)
Kita yakin buku itu bagus (fenomena yang dianalogikan)
Karena dulu buku dengan pengarang yang sama bagus juga (persamaan prinsip)
Kita menyimpulkan bahwa buku itu bagus. Penyimpulan yang serupa adalah analogi. Dalam kenyataannya tidak semua analogi yang kita lakukan tepat. Berikut ini adalah cara untuk menilai sebuah analogi.
Cara menilai analogi:
1. Semakin besar peristiwa sejenis yang dianalogikan semakin besar pula tingkat kepercayaannya.
Contoh:
Saya mengalami pelayanan yang tidak puas terhadap produk X. saya akan sarankan pada orang lain untuk tidak memakainya. Analogi menjadi kuat jika kawan saya B mencoba dan mengalami hal yang sama, teman saya C, D, dst.
2. Aspek yang menjadi dasar analogi.
Contoh:
Kasus sepatu di atas. Analogi menjadi lebih kuat apabila dipertimbangkan masalah harga, merek, produsen, dll.
3. Sifat analogi yang dibuat. Semakin rendah taksiran semakin kuat analogi.
Contoh:
Sepatu yang sama awet 3 tahun. Sepatu si B yang sama dengan kita akan awet 3 tahun. Analogi akan kuat jika disimpulkan awet 2 tahun tetapi akan lemah jika disimpulkan 10 tahun.
4. Mempertimbangkan ada/tidaknya perbedaan pada unsure yang dianalogikan.
Contoh:
Lulusan UI berkualitas. Ini akan kuat jika perbedaan ditonjolkan misalnya SES (status ekonomi dan social) beda, suku beda, latar belakang pendidikan beda, asal daerah beda, dll, hasil sama-sama ulung.
5. Relevan/tidaknya masalah yang dianalogikan.
Contoh:
Menyimpulkan sepatu yang sama akan sama kuat menjadi benar jika didasarkan atas unsure yang relevan misalnya bahannya, harga, dll, akan tidak relevan jika dasar penyimpulan adalah masalah warna.
Analogi yang Janggal
Sama hanya dengan generalisasi, sering juga kita melihat atau bahkan melakukan analogi yang janggal. Contoh: orang takut jatuh dan mati karena naik pesawat karena itu tidak usah tidur saja, toh dengan tidur kita juga bisa mati juga… Menyamakan 2 hal yang berbeda.
1. Manusia dan monyet banyak persamaannya, kita dan dia bernafas, makan, tidur, berbulu, dst… maka monyet sama dengan kita… yang disamakan bukan masalah yang pokok.
2. Bulan di angkasa indah warnanya. Juni adalah bulan ke enam dalam penanggalan Masehi, jadi Juni indah warnanya…
Penjelasan
Sebuah fakta dijelaskan bukan semata-mata dengan menyatakan apa yang ada tetapi kita menjelaskan hubungannya dengan fakta lainnya. Maka dalam penjelasan itu fakta bukan lagi merupakan informai yang terpisah dari yang lain melainkan dipahami sebagai bagian dari sistem.
Adapun penjelasannya adalah sekelompok proposisi yang menerangkan suatu fakta. Dengan keterangan itu keraguan yang ada pada fakta itu menjadi hilang. Misalnya penjelasan mengapa kita terlambat.
Oleh karena itu dari penjelasan harus dapat ditarik kesimpulan yang logis dan untuk menilai kuat/tidaknya penjelasan perlu dihubungkan relevansinya dengan fakta lain.
Sifat-sifat penjelasan
Ada 2 jenis penjelasan yaitu ilmiah dan tidak ilmiah.
- Penjelasan Ilmiah: dapat dibuktikan secara indrawi
Kasus terlambat dijelaskan dengan di daerah X ada kecelakaan beruntun sehingga semua kendaraan diberhentikan dan dialihkan jalurnya sehingga mengakibatkan keterlambatan… ini ilmiah karena bisa dicek akurasinya… lepas dia bohong/tidak.
- Penjelasan tidak ilmiah: tidak relevan dengan permasalah
Misalnya mengapa terlambat… ada bayi sakit di Cipto..???!!
Mengapa terlambat… takdir…?
Mengapa terlambat… hari naas (tahyul yang lain)…???
Macam-macam Penjelasan
Ada 4 cara untuk menerangkan sebuah fakta atau menjelaskan sesuatu yaitu:
1. Berdasarkan bagian atau faktanya
Menjelaskan berdasarkan analisa unsure-unsur pokok sebuah fakta dan hubungan di antara unsure-unsur itu.
Misalnya kita menjelaskan tentang rumah. Sebuah rumah adalah berbentuk bangunan yang berdiri di atas sebuah lahan, pada rumah terdapat pintu, jendela, dst, dan jika masing-masing dipisahkan bukanlah rumah. Misalnya pintunya saja, jendelanya saja atau kamarnya saja itu bukanlah rumah.
2. Berdasarkan keadaan dan kondisi
Menjelaskan sesuatu dengan fakta lain di luar fakta tersebut. Dalam hal ini dapat ditunjukkan bahwa hal yang kecil atau particular itu merupakan bagian dari sesuatu yang lebih besar.
Misalnya kita menjelaskan trend organisasi dikelola di waktu lampau. Dahulu organisasi dikelola seolah-olah yang menentukan organisasi tersebut berjalan hanyalah stuktur organisasinya. Jika struktur ada, job description jelas, maka segala sesuatu pasti akan jalan. Para ahli oganisasi ini tidak melihat sisi lain yang membuat organisasi dapat berjalan adalah manusia di dalamnya. Organisasi bukan struktur melainkan proses. Apa jadinya organisasi yang hanya mengandalkan struktur tetapi tidak melihat keunikan manusia di dalammya…dst.
3. Berdasarkan hubungan sebab akibat
Melihat sebuah fakta mana yang mempengaruhi dan siapa yang dipengaruhi. Mengapa di tengah laut dapat muncul gunung (misalnya Krakatau) bisa dijelaskan dengan caa ini.
Msalnya sering terjadi lantai sebuah bangunan tiba-tiba ‘meledak’, mengapa ini terjadi dapat dijelaskan berdasarkan sebab akibatnya. Lantai ‘meledak’ diakibatkan karena beban dalam ruangan itu terlalu berat sedangkan lantai tidak sepenuhnya diaci dengan benar dan keramik tidak dipasang dengan rapi sehingga lambat laun lantai… .
4. Berdasarkan fungsinya
Bagaimana sesuatu memiliki kedudukan terhadap peristiwa lain.
Misalnya: fungsi jantung bagi manusia, fungsi PR bagi organisasi, dll.
Teori dan Hipotesa
Setiap hari mungkin kita sering mendengar istilah ini… ah itu kan hanya teori… sudahlah jangan banyak berteori, prakteknya saja bagaimana… dll. Apa sebetulnya yang dimaksudkan dengan teori. Teori adalah interpretasi dari fakta-fakta. Kecuali pemikiran deduktif, semua penalaran merupakan penyusunan dan pengujian teori.
Ada 2 macam teori: Umum dan Khusus
1. Teori Umum: suatu pernyataan benar apabila benar secara universal. Ia berlaku setiap saat, di setiap tempat, dalam segala kondisi. Di sini generalisasi adalah contoh dari teori umum, juga penjelasan pada saat ia berlaku secara universal di setiap kondisi, waktu dan tempat. Contohnya: air selalu mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Hal berikut ini berlaku secara universal.
2. Teori Khusus: berkaitan dengan fakta particular. Ia berusaha menjelaskan fakta-fakta itu dalam hubungannya satu dengan yang lain, harus sesuai dengan fakta yang diketahuinya dan juga harus mampu mengidentifikasikan beberapa fakta yang selama ini belum diketahui. Misal: dokter memeriksa pasien setelah itu dokter akan membut teori khusus untuk pasien itu. Teori khusus hanya berlaku untuk pemecahan masalah tertentu saja.
Hipotesa
Setiap teori bermula dari hipotesa, dan Hipotesa juga merupakan interpretasi dari fakta tetapi belum diuji sedangkan teori kebenarnnya sudah diuji. Kasus perlu teori untuk pemecahannya dan Hipotesa disusun sebagai gambaran sementara yang dianggap paling tepat, dst.
Pengujian Hipotesa
Karena dimungkinkan ada 2 atau lebih hipotesa yang mungkin muncul dari sebuah peristiwa, maka perlu adanya pengujian untuk melihat hipotesa mana yang paling baik. Berikut ini adalah cara untuk mengukur/menguji hipotesa.
1. Relevansi: hipotesa diajukan untuk menerangkan fakta yang dihadapi. Hipotesa harus relevan dengan fakta yang ingin dijelaskan.
2. Bisa diuji: harus dapat diuji dengan fakta-fakta indrawi atau perhitungan logis. Uji dapat dilakukan dengan cara melakukan observasi baik langsung maupun tidak langsung.
3. Hipotesa yang telah diterima dianggap sebagai pengetahuan yang benar: Koheren dengan hipotesa yang mendahuluinya. Hipotesa akan bertahan apabila cocok dengan pengetahuan manusia.
4. Memiliki daya ramal: interpretasi yang dibuat mampu menjelaskan fakta sejenis yang belum diselidiki.
5. Sederhana: tidak rumit, tidak menimbulkan makna cabang.
Teori dan Metode Ilmiah
Apa yang telah dibahas sebelumnya, generalisasi, analogi dapat menjadi pengetahuan baru. Sebelum menjawab fungsi teori perlu dibahas meskipun tidak mendalam tentang metode ilmiah. Metode ilmiah adalah cara untuk mendapatkan pengetahuan secara ilmiah. Pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah disebut pengetahuan ilmiah atau biasa disebut dengan ilmu.
Adapun langkah-langkah menemukan pengetahuan baru itu adalah dengan cara melakukan uji/penelitian yaitu mulai dari menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesa, melakukan deduksi dan hipotesa dengan cara mengidentifikasikan fakta-fakta apa sajakah yang dapat kita lihat berhubungan dengan hipotesa yang diajukan. Langkah selanjutnya adalah membuktikan hipotesa dan akhirnya menerima hipotesa itu menjadi teori ilmiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar